Ilmu pengetahuan muncul karena adanya pengalaman manusia ketika ia mendapatkan pengetahuan tertentu melalui proses yang khusus. Pada hakikatnya ilmu pengetahuan itu timbul karena adanya hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin tahu itu timbul karena banyak sekali aspek-aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia, dan manusia ingin mengetahuan kebenaran dari kegelapan tersebut.
Setelah manusia memperoleh pengetahuan tentang sesuatu, maka kepuasannya tadi disusul lagi oleh suatu kecenderungan untuk lebih tahu lagi. Cabang-cabang filsafat :
· Epistemologi ( filsafat pengetahuan ).
· Etika ( fisalfat moral).
· Estetika ( Filsafat seni ).
· Metafisika.
· Politik ( filsafat pemerintahan ).
· Filsafat Agama.
· Filsafat ilmu.
· Filsafat pendidikan.
· Filsafat Hukum.
· Filsafat sejarah.
· Filsafat matematika.
I. METODE DALAM MENCARI PENGETAHUAN :
1. Rasionalisme
Rasionalisme memulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasarlah yang di pakai untuk membangun system pemikirannya yang di turunkan dari idea yang jelas, tegas dan, pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui idea tersebut, namun manusia tidak mempelajarinya lewat pengalaman. Maka di butuhkanlah pemikiran yang menalar. Kaum rasionalisme berdalil, bahwa pemikiran dapat memahami prinsip dan prinsip itu harus ada : artinya, prinsip harus benar dan nyata. [1]
Plato memberikan gambaran klasik dari rasionalisme. Dalam sebuah dialog yang di sebut memo, dia berdalil, bahwa untuk mempelajari sesuatu seseorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya belum di ketahui. Karena plato juga menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengatakan apakah suatu pernyataan itu benar kecuali seseorang tersebut sudah mengetahui bahwa itu semua benar atau kebenaran fakta.
Adapun beberapa kritik terhadap rasionalisme. Yaitu
1. Pengetahuan rasional di bentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat dan di raba.
2. Banyak diantara manusia yang berfikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada maslah kehidupan yang praktis.
3. Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selama ini.
2. Empirisme
Usaha manusia untuk mencari pengetahuan yang bersifat mutlak dan pasti telah berlangsung dengan penuh semangat dan terus – menerus walapun begitu, paling tidak sejak zaman Aristoteles, terdapat tradisi Epistimologi yang kuat untuk mendasarkan diri kepada pengalaman manusia, dan meninggalkan cita – cita untuk mencari pengetahuan yang mutlak tersebut. Kaum empiris berdalil bahwa tidak beralasan untuk mencari pengetahuan yang mutlak dan mencakup semua segi, apa lagi bila di dekat kita, terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk meningkatkan pengetahuan manusia. Karena memang pengetahuan manusia di peroleh dari pengalaman.
. DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai kegiatan berpikir, penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu yaitu: pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Atau dapat juga dikatakan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Ciri yang kedua adalah proses berpikirnya bersifat analistik.
3. Logika.
Logika dapat di defenisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Logika ada dua yaitu: logika induksi dan logika deduksi.
4. Sumber.
Pengetahuan pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu masalah dalam pikiran namun menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya dan kita merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai kesana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul-rasulnya.
Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul-rasulnya.
5. Kriteria Kebenaran.
Ada tiga kriteria yaitu:
Paham Konferhensiv. Sesuatu yang dianggap benar apabila pernyataan dan kesimpulan konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan yang terdahulu yang telah dianggap benar. Teori ini disebut teori koherensi. Atau dapat disimpulkan bahwa teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Paham Korespondensi ( Bertrand Russell ( 1872-1970 ) Bagi penganut teori korespondensi, suatu pernyataan benar adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi ( berhubungan ) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Paham Pragmatisme ( Charles S. Peirce 1839-1914 ). Bagi kaum pragmatisme kebenaran adalah suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
“Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 2009.”
“Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid, Mizan, Bandung, 2001.”