RESUME MODUL 11 KB 3 DAN KB 4 PPG PAI : KURIKULUM



KB 3 : MODEL-MODEL PEMBELAJARAN  DALAM KURIKULUM 2013

A.      Proses Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
Proses pembelajaran di dalam kurikulum 2013 diatur dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013. Dalam Permendikbud tersebut dimuat standar proses pembelajaran, yakni kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Nomor 32 Tahun 2013. Dan berikut desain pembelajaran berupa Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
1.    Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat:
a.    Identitas mata pelajaran (khusus SMP/ MTs dan SMA/ MA);
b.    Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
c.    Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorikal mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
d.    Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
e.    Tema (khusus SD/ MI);
f.     Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
g.    Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
h.    Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
i.      Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
j.      Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. 
2.    Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Komponen RPP terdiri atas:
a.       Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
b.      Identitas mata pelajaran atau tema/ sub tema;
c.       Kelas/ semester;
d.      Materi pokok;
e.       Alokasi waktu
f.        Tujuan pembelajaran
g.      Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
h.      Materi pembelajaran;
i.        Metode pembelajaran;
j.        Media pembelajaran;
k.      Sumber belajar;
l.        Langkah-langkah pembelajaran
m.    Penilaian hasil pembelajaran.
3.    Prinsip Penyusunan RPP
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a.       Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/ atau lingkungan peserta didik;
b.      Partisipasi aktif peserta didik;
c.       Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian;
d.      Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan;
e.       Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedy;
f.        Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar;
g.      Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya;
h.      Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.   
4.    Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.
a.         Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1)        menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
2)        memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional;
3)        mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
4)        menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
5)        menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b.         Kegiatan Inti
1)        Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan..
2)        Pengetahuan Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan.
3)        Keterampilan Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/ penelitian (discovery/ inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
c.         Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
1)   Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
2)   Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
3)   Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan
4)   Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
B.       Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013
1.    Discovery Learning
Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
a.         Langkah Pembelajaran
1)    Menciptakan stimulus/ rangsangan (Stimulation)  
2)    Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement)
3)    Mengumpulkan data (Data Collecting) 
4)    Mengolah data (Data Processing)
5)    Memverifikasi data (Verrification)
6)    Menarik kesimpulan (Generalization)
b.         Persyaratan Pendukung 
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:
1)        Secara klasikal siswa perlu memiliki kecerdasan/ kecakapan awal yang baik selain keterampilan berbicara dan menulis yang baik.
2)        Jumlah siswa tidak terlalu banyak (idealnya maksimal 32), karena untuk mengelola jumlah siswa yang banyak membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3)        Pemilihan materi harus dengan kompetensi dominan pada aspek pemahaman. 
4)        Fasilitas harus memadai, seperti, media, alat dan sumber belajar.
c.         Manfaat Model Discovery Learning

1)        Membantu siswa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan kognisi. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini dimana keberhasilan tergantung pada bagaimana cara belajarnya.  
2)        Pengetahuan yang diperoleh bersifat individual dan optimal karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan.
3)        Menumbuhkan rasa senang pada siswa, karena berhasil melakukan penyelidikan.
4)        Memungkinkan siswa berkembang dengan cepat sesuai kemampuannya.
5)        Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajar dengan melibatkan akal dan motivasinya.
6)        Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan diri melalui kerjasama dengan siswa lain.
7)        Membantu siswa menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran final yang dialami dalam keterlibatannya.
8)        Mendorong siswa berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis.
9)        Dapat mengembangkan bakat, minat, motivasi, dan keingintahuan.
10)    Memungkinkan siswa memanfaatkan berbagai sumber belajar.   
2.    Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti pembelajaran. 
a.    Langkah Pembelajaran
1)        Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
2)        Mendesain perencanaan proyek Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa sehingga siswa merasa “memiliki” proyek tersebut.
3)        Menyusun jadwal Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
a)   Membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
b)   Membuat deadline penyelesaian proyek,
c)   Membawa siswa agar merencanakan cara yang baru,
d)   Membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan
e)   Meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4)        Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek.
5)        Menguji hasil Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6)        Mengevaluasi kegiatan/ pengalaman Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok
b.    Persyaratan pendukung
Pemilihan model pembelajaran project based learning memerlukuan dukungan persyaratan untuk mereduksi kelemahan yang sering terjadi, antara lain:
1)             Siswa terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah
2)             Dukungan sarana dan prasarana yang memadai
3)             Pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol.
4)             Perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.
c.    Manfaat model pembelajaran project based learning
1)        Meningkatkan motivasi belajar, mendorong kemampuan siswa melakukan pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai.
2)        Mengembangkam kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis.
3)        Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumberdaya.
4)        Memberikan pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran, praktik, dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5)        Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.
6)        Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran.
3.    Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan seharihari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
a.         Langkah Pembelajaran
1)        Mengorientasi peserta didik pada masalah Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.
2)        Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
3)        Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok Penyelidikan adalah inti dari PBL.
4)        Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa berupa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia.
5)        Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL.
4.    Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan (8) komponen yang harus ditempuh, yaitu:
a.    membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, 
b.    melakukan pekerjaan  yang  berarti,  
c.    melakukan  pembelajaran  yang  diatur  sendiri, 
d.    bekerja sama, 
e.    berpikir kritis dan kreatif, 
f.     membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, 
g.    mencapai standar yang tinggi, dan 
h.    menggunakan penilaian otentik.
Materi pelajaran dalam konteks CTL tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata. Terdapat lima (5) karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan CTL:
1)        Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge).
2)        Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
3)        Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal, melainkan untuk dipahami dan diyakini.
4)        Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
5)        Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.
5.    Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri..
a.    Ciri-ciri Pembelajaran Inkuiri 
Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri, di antaranya:
1)        Pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, pada pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar.
2)        Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
3)        Tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
b.    Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
a)         Berorientasi pada Pengembangan Intelektual. Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir.
b)        Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan.
c)         Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya.
d)        Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e)         Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
c.    Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)         Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah: (1) kesadaran terhadap masalah; (2) melihat pentingnya masalah dan (3) merumuskan masalah.
b)        Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah: (1) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (2) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan (3) merumuskan hipotesis.
c)         Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah: (1) merakit peristiwa, terdiri dari: mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (2) menyusun data, terdiri dari: mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengklasifikasikan data; (3) analisis data, terdiri dari: melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan.
d)        Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (1) mencari pola dan makna hubungan; dan (2) merumuskan kesimpulan.
e)         Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.    
C.      Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model pembelajaran (discovery learning, project based learning, atau problem based learning) sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1.         Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pada pengetahuan faktual dan konsepetual dapat dipilih discovery learning, sedangkan pada pengetahuan prosedural dapat dipilih project based learning dan problem based learning.
2.         Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-4. Pada keterampilan abstrak dapat dipilih discovery learning dan problem based learning, sedangkan pada keterampilan konkret dapat dipilih project based learning.
3.         Pemilihan ketiga model tersebut mempertimbangkan sikap yang dikembangkan, baik sikap religius (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2) Berikut contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi pengetahuan dan keterampilan.

KB 4 : TECHNOLOGICAL, PEDAGOGICAL  AND CONTENT KNOWLEDGE (TPACK)  DALAM PEMBELAJARAN PAI

A.         Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK)
Technological, Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) adalah sebuah konsep integrasi dari tiga unsur yang berbeda; teknologi, pedagogi, dan konten pengetahuan. Pengetahuan tentang ketiganya disatukan menjadi sebuah kemampuan pendidik yang komprehensif dalam dunia pendidikan bernama TPACK. Tiga unsur yang disatukan dalam perencanaan, proses dan evaluasi pendidikan itu menjadi trio yang hebat dalam pengembangan ekosistem pendidikan masa depan yang dikenal sebagai era teknologi digital.
Teknologi mutakhir yang digunakan oleh banyak orang adalah teknologi digital setelah berakhirnya teknologi sederhana semisal kapur, OHP dan seterusnya. Dalam prosesnya, ada digitalisasi data dalam segala bidang kehidupan, baik itu ekonomi, politik, sosial, kebudayaan, pendidikan dan lainnya. Proses digitalisasi yang dimaksud adalah migrasi data dari data real dalam bentuk manual ke data yang virtual. Contoh konkret dalam dunia pendidikan adalah migrasi dari printed book ke electronic book. 
Seiring dengan perkembangannya, teknologi informasi ini bermetamorfosis menjadi teknologi lainnya yaitu teknologi data. Teknologi data adalah fase kedua setelah teknologi informasi. Teknologi ini menjadi hal yang lumrah dan digunakan banyak orang, baik untuk kepentingan dimensi ekonomi, politik dan lainnya. Teknologi data adalah teknologi untuk menguasai data dan menjual atau menggunakan data virtual untuk kepentingan pemiliknya.
Semakin orang menguasai data, maka semakin ia menguasai dunia dan tentu saja menjadi pemenang dalam persaingan kontestasi di dunia. Saat ini, banyak orang menggunakan website sebagai media untuk informasi dan publikasi. Koran yang dicetak atau tv yang disiarkan menghadapi persaingan sengit dengan koran  atau tv dalam jaringan (daring -online). Persaingan ini (online vs offline) semakin sengit manakala setiap orang dapat mengakses internet dengan murah dan mudah. Konten informasi offline semakin terseret dan makin ditinggalkan oleh manusia era digital. 
Inilah era perpindahan dari teknologi informasi ke teknologi data. Sebagai contoh, ketika setiap orang merasa butuh terhadap dunia virtual, maka yang selanjutnya dibutuhkan adalah data virtualnya. Data ini harus direkam secara virtual dari dunia real. Salah satu yang sangat berpengaruh adalah memetakan dunia dengan digital map. Google dengan Google Map-nya mampu menjadi salah satu perusahaan yang memberikan konstribusi data paling besar disamping Search Engine yang dimilikinya. Peta yang dimilikinya menjadi data yang kemudian menjadi awal pemetaan kekuatan sistem kehidupan lainnya. Misalnya, sistem transportasi yang menghasilkan sistem transportasi online yang insfrastrukturnya ditentukan oleh Google Map.   
B.          Implementasi TPACK pada Pendidikan Dasar dan Menengah
TPACK baik sebagai teknologi informasi dalam bentuk unit pembelajaran di kelas maupun TPACK dalam bentuk teknologi data dalam bentuk kelembagaan dapat menjadi alternatif paling depan dalam mengawinkan pendidikan nyata dengan pendidikan virtual di era digital. TPACK dalam konteks pembelajaran bisa dengan menggunakan model Computer Assisted Instruction (CAI) atau yang lebih ekstrim dengan menggunakan Computer Based Instruction (CBI). Komputer sebagai instrument utama dalam pembelajaran ini harus dipersiapkan dalam insfrastruktur pendidikan. TPACK dalam kelembagaan bisa didesain dengan menggunakan aplikasi yang dikembangkan semisal ruangguru.com, gurusd.net, atau aplikasi-aplikasi lainnya.
Implementasi TPACK di dikdasmen bisa dilakukan dengan dua cara; di ruang kelas dengan menggunakan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran dan di ruang global sebagai aplikasi dari implementasi teknologi data. 
1.      Implementasi TPACK di ruang kelas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. CAI sebagai contoh yang paling mudah dan CBI adalah contoh yang paling sulit. Implementasi CAI adalah pembelajaran yang dibantu dengan komputer dan sepertinya ini sudah banyak dilakukan oleh banyak guru di Indonesia. Penggunaan Word Processor, atau menggunakan aplikasi Microsoft office, Microsoft Power Point, Microsoft Excel adalah beberapa contoh yang digunakan dalam CAI. Alat yang mungkin sering digunakan adalah komputer dan projector. Kemampuan menguasai aplikasi ini relatif mudah dan cepat untuk dipelajari.
2.      Implementasi TPACK yang agak rumit dan membutuhkan kemampuan komputer lebih adalah menggunakan CBI. Sesuai dengan namanya computer-based, maka pembelajaran ini berbasis komputer. Semua dilakukan dengan komputer. CBI sebagai sebuah model pembelajaran bisa menggunakan banyak hal dalam komputer, baik belajar dengan menggunakan aplikasi atau belajar dengan seluruh prosesnya menggunakan komputer. Komputer adalah alat utama dan pertama dalam belajar.
Data-data harus lengkap sehingga isi dari aplikasinya disinyalir dapat membantu siswa belajar dengan cepat dan mudah. Ada dua (2) model yang bisa dikembangkan dalam TPACK bebasis data ini, yaitu:
a.       TPACK sebagai model untuk membantu siswa belajar tambahan di rumah dan sekolah dapat mengontrol belajarnya secara sistematis, atau
b.      TPACK sebagai model global yang bisa diakses oleh semua orang untuk belajar. Ruangguru.com adalah salah satu contoh yang mengaplikasikan TPACK dalam dimensi pendidikan yang global tanpa terikat dengan lembaga pendidikan tertentu. Situs ini mengambil ruang bimbel online dengan pola bisnis adsense.
C.         Implementasi TPACK di Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi (PT) memiliki perbedaan filosofis dengan Dikdasmen. Perbedaan itu diejawantahkan dalam Tridarma PT yang berisi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Untuk strategi pendidikan dan pengajaran, TPACK dapat tidak memiliki perbedaan yang mencolok dari Dikdasmen. Perbedaan yang penting adalah kontens blog, wiki, podcast atau aplikasinya saja. Penyesuaian isi tentu disesuaikan dengan model pembelaran yang bukan hanya menggunakan ilmu pedagogi tapi menambahkan dengan pendekatan andragogi.
Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan PT baik oleh dosen sebagai pengajar dan peneliti atau lembaga sebagai sistem yang melakukan tugas pendidikan, penelitian dan pengabdian. Untuk para dosen yang menggunakan TPACK sebagai instrument dosen professional maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. 
1.      Dalam konteks pembelajaran, langkahnya adalah menggunakan TPACK sebagai media pembelajaran seperti yang dilakukan oleh guru di Dikdasmen. Perbedaannya adalah bagaimana sistem SKS dalam kurikulum KKNI disiasati dengan menggunakan TPACK. Sebagaimana diketahui bahwa satu SKS adalah 50 menit tatap muka, 50 menit tugas mandiri dan 50 menit tugas terstruktur. Maka apabila 2 SKS, ada 10 SKS yang bisa menggunakan TPACK di luar lecture di kelas. Pemanfaatan TPACK di luar kelas akan memenuhi standar SKS dalam KKNI. Caranya? Gunakan sistem penugasana seperti reading report, chapter report, book review, mini research, research project dan semuanya harus dilakukan dengan menggunakan sistem online. Web yang didesain oleh dosen harus mengadopsi kebutuhan mahasiswa dalam belajar terutama prinsip tugas mandiri dan terstruktur.
2.      Dalam konteks penelitian, dosen bisa menggunakan TPACK dengan menggunakan sistem OJS individu atau menggunakan OJS public seperti academia.edu atau researchgate.com. Tujuan penggunaan OJS adalah untuk mempermudah indeksasi tulisan dosen dimana OJS adalah sebuah ekosistem jurnal ilmiah. OJS pribadi semacam subdomain dari web pribadi dalam web-based learning dalam pembelajaran bisa dibuat secara mudah dan cepat. Adapun OJS dengan menggunakan subdomain kampus masing-masing semisal jurnalpai.uinsby.ac.id; journal.ugm.ac.id.; journal.upi.edu.; dan seterusnya.
3.      Dalam konteks pengabdian kepada masyarakat, dosen bisa menggunakan TPACK sebagai alat untuk menunjukan portofolio pengabdian kepada masyarakat. Dokumen pengabdian seperti laporan pengabdian atau foto surat tugas atau dokumentasi kegiatan bisa dikumpulkan dalam TPACK dalam bentuk online. Pendek kata, semua dokumen yang dimiliki dosen dapat dikumpulkan secara sistemik di ruang online yang dibuat oleh dosen.
D.         Implementasi TPACK dalam Pembelajaran PAI
Kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, menuntut guru harus menguasai teknologi untuk kemudian digunakan sebagai media pendukung dalam kegiatan pembelajaran.  Beberapa contoh penerapan teknologi dalam pembelajaran adalah seperti gagasan yang ditawarkan oleh NACOL (North American Council for Online Learning), yaitu model pembelajaran campuran (blended learning).  Pada model ini pembelajaran tidak terfokus pada kegiatan tatap muka di kelas (face to face), tetapi menggunakan juga teknologi berbasis web (online learning) untuk
Kemampuan teknologi, pedagogi, dan konten/ materi pengetahuan, memang seharusnya terkumpul dalam diri seorang guru, sebagaimana gagasan Mishra dan Koehler (2006) tentang TPACK. Namun sepertinya ada yang kurang lengkap dari gagasan tersebut, yaitu kepribadian yang santun (good personality) yang harus dimiliki seorang guru.   Kenakalan peserta didik, pergaulan bebas, hingga kasus kriminal yang dilakukan oleh peserta didik, sudah mirip deret hitung yang setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan pesat. 
Oleh karenanya diperlukan kesadaran kolektif guru dalam mencermati masalah serius ini.  Dampak kemajuan teknologi informasi, pengaruh lingkungan tempat tinggal atau latar belakang keluarga, diyakini sebagai instrument yang paling bertanggungjawab terhadap merosotnya moral di kalangan pelajar.  Implementasi kurikulum nasional (K-13) yang telah banyak diterapkan oleh satuan pendidikan, dari tingkat SD hingga SMA, memberikan amanat yang besar dalam membentuk sikap dan karakter peserta didik untuk menjadi insan berakhlak mulia. Pembentukan sikap tidak hanya tanggungjawab guru-guru agama ataupun guruguru budi pekerti.
Salah satu sebabnya adalah alokasi jam materi PAI hanya 3 sks/ 3 jam per minggu. Dalam standar nasional PAI di Perguruan Tinggi disebutkan bahwa pembelajaran PAI merupakan upaya sadar dan terencana dalam mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai ajaran Islam dari sumber utamanya secara tekstual dan kontekstual melalui kegiatan pengajaran, bimbingan, latihan, dan pengalaman yang disampaikan secara dialogis, komprehensif, dan multiperspektif.
Visi PAI adalah “menjadikan ajaran Islam sebagai sumber nilai dan pedoman yang mengantarkan mahasiswa dalam pengembangan profesi dan kepribadian Islami.” Sementara misi PAI adalah terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia, serta menjadikan ajaran Islam sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan keilmuan dan profesi, serta kehidupan bermasyarakat (Tim Diktis, 2010: 5). 
Untuk mencapai visi dan misi diatas, dirumuskan tujuan PAI sebagai berikut:
1.      Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mahasiswa kepada Allah SWT,
2.      Memperkokoh karakter muslim dalam diri mahasiswa,
3.      Mengembangkan pemikiran dan akhlak yang selaras dengan keyakinan Islam dalam kehidupan,
4.      Mengantarkan mahasiswa mampu bersikap rasional dan dinamis dalam mengembangkan dan memanfaatkan IPTEKS sesuai dengan nilai-nilai Islam bagi kepentingan bangsa dan umat manusia, dan
5.      Membimbing mahasiswa untuk mengembangkan penalaran yang benar dan baik, serta berpikir kritis dalam memahami berbagai masalah aktual dan menyikapinya dengan perspektif Islam.  
Dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan tujuan PAI, buku teks PAI dengan pendekatan saintifik perlu diarahkan pada substansi materi sebagai berikut:
a.    Mengapa dan bagaimana mempelajari Islam di sekolah untuk mengembangkan manusia seutuhnya, dan sebagai sarjana muslim yang profesional;
b.    Bagaimana esensi dan urgensi bertuhan sebagai determinan dalam pembangunan manusia beriman dan bertakwa kepada Allah SWT yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah;
c.    Bagaimana agama Islam dapat menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat, dalam konteks kehidupan modern yang cenderung pada kehidupan materialistik dan hedonistik;
d.    Bagaimana mengintegrasikan iman, Islam dan ihsan dalam membentuk manusia seutuhnya (insan kamil);
e.    Bagaimana membangun paradigma Qurani dalam menghadapi perkembangan sains dan teknologi modern yang sangat maju;
f.     Bagaimana membumikan Islam di Indonesia agar Islam dirasakan sebagai kebutuhan hidup, bukan sebagai beban hidup dan kewajiban;
g.    Bagaimana Islam membangun persatuan dalam keberagamaan yang dinamis dan kompleks dalam kontek kehidupan sosial budaya Indonesia yang plural;
h.    Bagaimana Islam menghadapi tantangan modernisasi, untuk menunjukkan kompatibilitas Islam dengan dunia modern saat ini;
i.      Bagaimana kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia yang damai, bersahabat, dan sejahtera lahir dan batin secara bersama sama;
j.      Bagaimana peran masjid dalam membangun umat yang religius-spritualistis, sehat rohani dan jasmani, cerdas (emosional, intelektual, dan spiritual) dan sejahtera;
k.    Bagaimana implementasi Islam yang raḫmatan lil ‘alamīn, sebagai rangkuman dan evaluasi keseluruhan proses pembelajaran PAI. 
Diantara upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik adalah melalui penerapan TPACK. TPACK memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara langsung dan tidak langsung. Peserta didik tidak hanya bisa belajar melalui tatap muka, tetapi juga bisa belajar di mana saja melalui fasilitas teknologi yang memadai. Dalam rangka mengajarkan materi-materi yang gaib dalam bidang PAI, maka focus yang dipelajari bisa merujuk pada objek-objek yang dapat dikaitkan dengan keberadaan yang gaib itu. Misalnya, mengajar materi tema Tuhan (Allah), maka pendekatannya tidak langsung menghadirkan Allah secara empirik, tetapi bisa membuat analogi-analogi yang bisa dikaitkan dengan keberadaan Tuhan.

LihatTutupKomentar