BAHAN AJAR DISCOVERY LEARNING DAN INQUIRY LEARNING



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
                 Pendidikan berkualitas mencerminkan martabat suatu bangsa, tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan terbelakang. Dalam pendidikan, perkembangan kurikulum menuntut siswa untuk selalu aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi setiap mata pelajaran yang diajarkan. Sikap aktif, kreatif, dan inovatif dapat terwujud dengan menempatkan siswa sebagai objek pendidikan. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber belajar yang paling benar. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahlian di depan kelas. Salah satu komponen keahlian itu adalah kemampuan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis model pembelajaran sehingga dapat memilih model pembelajaran manakah yang paling tepat untuk suatu bidang pengajaran.

                 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 22 tahun 2016 tentang Pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah disebutkan bahwa pada implementasi Kurikulum 2013 sangat untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning menggunakan pendekatan saintifik dengan model-model pembelajaran inquiry based learning, discovery learning, project based learning dan problem based learning. Selanjutnya  pada proses  pembelajaran karakteristik pengembangannya mencakup: menggunakan pendekatan scientific melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa,  menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran,  menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberitahu (discovery learning),  menekankan pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis dan kreatif.

                 Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru-peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik atau dikenal dengan istilah sintaks dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.
                Model pembelajaran memegang peranan penting dalam kegiatan pembelajaran untuk mewujudkan pendidikan aktif learning yang berkualitas. Dalam hal ini akan di bahas Model Pembelajaran Discovery Learning dan Inquiry sebagai pedoman dalam mengembangkan Mata Diklat dalam mewujudkan tenaga pendidikan yang professional dan berintegritas.

B.   Tujuan Pembelajaran
Memberikan motivasi, dorongan dan  pemahaman lebih luas kepada guru untuk merancang kegiatan pembelajaran dalam mewujudkan proses pembelajaran yang aktif learning, kreatif, efektif menyenangkan yang dapat menghapus paradigma Teacher Centre namun dapat mengaplikasikan kegiatan yang berpusat pada siswa ( students Centre )


C.   Ruang Lingkup
Mata diklat ini membahas tentang :  Pengertian Model pembelajaran, Pembelaran Discovery Learning dan Inquiry, sintax model, kelebihan dan kekurangan, dan Langkah – Langkah dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning dan Inquiry.
  
BAB II
PEMBAHASAN


A. Model Pembelajaran Discovery Learning
a.    Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning
            Pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah pembelajaran untuk  menemukan konsep, makna, dan hubungan kausal melalui pengorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada peserta didik; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada. Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme.
            Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri. Bruner (dalam Kemendikbud, 2013b: 4) mengemukakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa menemukan informasi sendiri. Sardiman (Kemendikbud, 2013) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Model discovery learning yaitu dapat melatih siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
            Discovery Learning merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran teacher oriented ke student oriented, mengubah modus ekspository diamana siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa menemukan informasi sendiri dalam konsep belajar.Sesungguhnya discovery Learning merupakan pembentukan konsep – konsep yang dapat memngkinkan terjadinya generalisasi. Berdasarkan uraian datas Discovery Learning merupakan pembelajaran untuk mnemukan konsep, makna dan hubungan kausal melalui penggorganisasian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Adapun Karakteristik dari Discovery Learning adalah Peran guru sebagai pembimbing, eserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan, bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat   kesimpulan.

b.    Sintax/Langkah-langkah Discovery Learning

Tahap
Deskripsi
Tahap 1
Persiapan
Guru Menentukan tujuan pembelajaran, identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya  belajar, dan sebagainya)


Tahap 2
Stimulasi/pemberian rangsangan
Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan
Tahap 3
Identifikasi masalah
Guru Mengidentifikasi  sumber belajardan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
Tahap 4
Mengumpulkan data
Guru Membantu peserta didik  mengumpulan  dan  mengeksplorasi  data.
Tahap 5
Pengolahan data
Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya
Tahap 6
Pembuktian
Guru membimbing peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
Tahap 7
Menarik kesimpulan
Guru membimbing peserta didik merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.




·         Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
·         Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
·         Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
·         Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
·         Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
·         Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
c.  Keunggulan Model Pembelajaran Discovery Learning

Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun kelebihan. Hosnan (2014) mengemukakan beberapa kelebihan dari model discovery learning yakni sebagai berikut :
·         Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif
·         Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
·         Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.
·         Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
·         Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
·         Melatih siswa belajar mandiri.
·         Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

d.    Penilaian Model Pembelajaran Discovery Learning

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery learningdapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan

B.   Model  Inkuiri
a.    Pengertian Model Inquiry
                 Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkan peserta didik berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya. Oleh karena itu dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
                 Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Inkuiri merupakan model mengajar yang melibatkan siswa secara maksimal. Hosnan (2014: 341) mengemukakan bahwa inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Karakteristik dari Pembelajaran Inkuiri: Menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik melalui proses pencarian.  Peran guru  sebagai fasilitator  dan pembimbing peserta                 didik dalam belajar. Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan kesimpulan
     Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaranyang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan yang meliputi sikap, pengetahuan,dan keterampilan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusiaatau peristiwa), secara sistematis, kritis, logis, dan analitis.

b.    Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri
Tahap
Deskripsi
Tahap 1
Orientasi
Guru mengondisikan agar peserta didik siap melaksanakan proses pembelajaran, menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan, menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar, hal ini dapat dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar peserta didik.
Tahap 2
Merumuskan masalah
Guru membimbing dan memfasilitasi peserta didik untuk merumuskan dan memahami masalah nyata yang telah disajikan.
Tahap 3
Merumuskan hipotesis
Guru membimbing peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis dengan cara menyampaikan  berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Tahap 4
Mengumpulkan data
Guru membimbing peserta didik dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Tahap 5
Menguji hipotesis
Guru membimbing peserta didik dalam proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan.
Tahap 6
Merumuskan kesimpulan
Guru membimbing peserta didik dalam proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebiknya guru mempu menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.

Hosnan (2014: 342-344) mengemukakan langkah pembelajaran dengan model inkuiri yakni sebagai berikut.

e.    Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

f.     Merumuskan masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat.

g.    Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis.

h.    Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh karena itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

i.      Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

j.      Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tujuan akhir dalam proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan model inkuiri adalah salah satu cara mengajar dengan rangkaian kegiatan belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran, sehingga melibatkan siswa secara aktif untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan melalui investigasi. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model inkuiri yaitu (1) merangsang dan mengajak siswa berpikir untuk memecahkan masalah, mengarahkan siswa untuk merumuskan masalah, (3) mengarahkan siswa untuk menentukan jawaban sementara (hipotesis), (4) memfasilitasi siswa dalam pengumpulan data kemudian mengolahnya untuk membuktikan jawaban sementara (hipotesis), (5) mengarahkan siswa untuk merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuannya.

c.    Keunggulan Model Pembelajaran Inquiry
Hosnan (2014: 344) mengungkapkan beberapa kelebihan model inkuiri  yaitu     sebagai berikut :
a.    Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek  pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang. Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang bagi siswa untuk  belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
b.     Pembelajaran ini dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan  diatas rata-rata. 
c.     Inkuiri merupakan model yang dianggap paling sesuai dengan  perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar  adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman
d.    Penilaian Model Pembelajaran Inquiry
Dalam Model Pembelajaran Inquiry, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran Inquiry learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.

BAB III
        PENUTUP


                 Model  pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi, keterampilan, cara berpikir, dan mengekpresikan idenya. Model Pembelajaran discovery dan inkuiri merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Discovery merupakan adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Inkuiri adalah proses menjawab pertanyaan dan menyelesaikan masalah berdasarkan fakta dan pengamatan. Jadi belajar dengan menemukan (discovery) merupakan bagian dari proses inkuiri.                     

DAFTAR PUSTAKA

-       Arsad Azhar, 2008, Media Pembelajaran ,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Bahri
-       Djamarah dan Aswan Zain, 2006, Strategi Belajar Mengajar ,Jakarta: PT  Rineka Cipta
-       Dahar, RW., 1991.Teori-Teori Belajar.Jakarta: Penerbit Erlangga
-       Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
-       Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad     21 : Ghalia Indonesia
-       Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Untuk Satuan  Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Badan Standar Nasional  Pendidikan.
-       Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.  Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.
-       Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.  Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Kemendikbud.




LihatTutupKomentar