Judul Buku : Filsafat Islam
Pengarang : Drs. Sudarsono, S.H.
Penerbit : PT. Rineka Cipta, Jakarta
Halaman : ix + 161 halaman
Cetakan : Cetakan Pertama, April 1997
RC No. : 001/97
ISBN : 979-518-668-X
- PERKEMBANGAN PEMIKIRAN PADA MASA ILMU KALAM
- KHAWARIJ
Khawarij adalah golongan yang keluar dari kelompok pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib. Aliran Khawarij timbul sebagai protes terhadap “Majelis Taklim” di Daumatul Jandal yang merupakan perjanjian damai antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 37 M.
Aliran Khawarij mengemukakan pendapat yang berkaitan dengan ajaran agama yang amat terkenal pendapat mereka mengenai dosa besar yang tidak disertai dengan taubat dapat mengakibatkan keluar dari Islam. Dengan demikian dosa besar mengakibatkan kekafiran (kufur). Adapun pendapatnya yang berkaitan dengan masalah mamah, aliran ini berpendapat bahwa imam diangkat atas dasar pemilihan. Siapa saja yang muslim, adil, berilmu, dan zuhud dapat dipilih sebagai imam. Seorang imam tidak harus dari keturunan Quraisy. Menurut perintah Rasulullah, wajib hukumnya umat Islam taat kepada imam walaupun ia berasal dari keturunan orang hitam. Apabila imam tidak menyimpang dari kebenaran, sejalan dengan ketentuan – ketentuan agama Islam wajib ditaati, tetapi jika menyimpang dari kebenaran, berlaku tidak adil, maka wajib dimakzulkan.
- MURJIAH
Murjiah merupakan satu aliran yang muncul di Damsyik, ibukota Kerajaan Umayyah, disebabkan oleh beberapa pengaruh Masehi pada pertengahan kedua dari abad pertama Hijriyah.
Sedangkan Nicholson (1868 – 1945) berpendapat : “Murjiah merupakan satu kata yang diambil dari kata “arja-a” dalam arti menimbulkan “harapan” dan “cita-cita”. Berdasarkan ini, mereka berkata : tidaklah sesuatu maksiat akan merusak keimanan seseorang dan tidak pula ketaatan akan berguna bagi seorang yang kafir.
- MU’TAZILAH
Aliran Mutazilah lahir pada masa pemerintah Bani Umayyah. Mutazilah dari kata kerja yakni: ‘Azala : artinya : berpisah. Mereka adalah pengikut dari Abul Husail Wasil bin ‘Atha yang memisahkan diri dari gurunya yang bernama Hasan Basri. Ada sebagian pendapat bahwa aliran Mutazilah muncul sejak zaman sahabat. Mereka adalah golongan pengikut Ali yang memisahkan diri dari politik terutama di saat turunnya Hasan bin Ali dari kursi Khalifah. Kelompok ini kemudian memusatkan diri kepada persoalan-persoalan teologi. Maka dari itu sebagian pendapat yang beranggapan bahwa golongan mutakallimin pertama adalah Mutazilah sebab mereka inilah yang mula-mula mengadakan diskusi dalam agama secara filsafat.
- AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH
Hasan Basri adalah seorang Ahli Sunnah Wal Jamaah. Nama ini tidak pernah menonjol sebelumnya sebagai satu golongan. Sebab pada dasarnya tidak diperlukan golongan yang demikian ini diadakan ataupun berwujud namun dapat diketahui bahwa Islam itu adalah ajaran-ajaran yang diterima dari tangan manusia pertama Rasulullah yang oleh beliau dilanjutkan ke tangan para sahabat dan turun-temurun disambut oleh manusia dari masa ke masa secara terus-menerus tanpa terputus.
- TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM
Dari beberapa aliran Ilmu Kalam diatas, kita akan membahas beberapa tokoh yang terkenal dalam perkembangan filsafat dalam dunia Islam, diantaranya:
- AL-KINDI
Nama al-Kindi berasal dari nama sebuah suku, yaitu: Banu Kindah yaitu suku keturunan Kindah, yang terletak di daerah selatan Jazirah Arab. Nama lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’kub Ibnu Ishak al-Sabah Ibnu Imran Ibnu al-Asha’ath Ibnu Kays. Ia lahir pada tahun 185 H (801 M) di Kuffah, nama orang tua Ishaq Ash Shabbah dengan jabatan Gubernur di Kuffah, pada masa pemerintahan al-Mahdi dan Harun al-Rasyid dari Bani Abbas.
Unsur-unsur filsafat yang dapat kita temukan pada pemikiran al-Kindi adalah:
- Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan karah filsafat
- Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan metafisika meskipun al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qadimnya alam
- Pikiran-pikiran Plato dalam hal kejiwaan
- Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal etika
- Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat-sifatNya
- Aliran Mutazilah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayat-ayat Qur’an.
Al-Kindi mengemukakan tiga jalan untuk membuktikan adanya Tuhan, yaitu:
- Tidak mungkin ada benda yang ada dengan sendirinya, jadi wajib ada yang menciptakannya dari ketiadaan dan pencipta itulah Tuhan
- Dalam alam tidak mungkin ada keragaman tanpa keseragaman atau keseragaman tanpa keragaman. Tergabungnya keragaman dan keseragaman bersama-sama, bukanlah karena kebetulan, tetapi karena sesuatu sebab. Sebab pertama itulah Tuhan.
- Kerapian alam tak mungkin terjadi tanpa ada yang merapikan (mengaturkan)Nya. Yang merapikannya atau yang mengatur alam nyata itulah Tuhan.
- AL-FARABI
Abu Nasr Muhammad al-Farabi (870 – 950 M). Beliau adalah seorang muslim keturunan Parsi, yang didirikan di kota Farab (Turkestan), anak Muhammad Ibn Auzalagh seorang panglima perang Parsi dan kemudian berdiam di Damsyik. Al-Farabi belajar di Baghdad dan Harran, kemudian ia pergi ke Syiria dan Mesir.
Sebagian besar karangan-karangan al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap Aristoteles, Plato, dan Galenus, dalam bidang-bidang logika, fisik, dan metafisika. Diantara karangannya ialah:
- Aghdlu oma Ba’da at-Thabi’ah
- Al-Jam’u bina Ra’yai al-Hakimain (Mempertemukan Pendapat Kedua Filosof; Plato dan Aristoteles)
- Tahsil as-Sa’adah (Mencari Kebahagiaan)
- ‘Uyun ul-Masail (Pokok-pokok Persoalan)
- Ara-u Ahl-il Madinah al-Fadilah (Pikiran-pikiran Penduduk Kota Utama Negeri Utama)
- Ih-sha’u al-Ulum (Statistik Ilmu)
- IBNU SINA
Ibnu Sina dilahirkan dalam masa kekacauan di mana Khilafat Abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri yang asalnya berada di bawah kekuasaan Khilafat tersebut mulai melepaskan diri satu persatu untuk berdiri sendiri. Kota Baghdad sendiri sebagai pusat pemerintahan Khilafah Abbasiyah dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H dan kekuasaan mereka berlangsung terus sampai tahun 447 H.
Ibnu Sina mempelajari beberapa bidang ilmu pengetahuan, antara lain:
- Ilmu-ilmu agama, dimulai belajar Quran pada tahun 375 H sewaktu umurnya baru menginjak 5 tahun. Kemudian terus mempelajari ilmu-ilmu Islam yang lainnya, seperti Tafsir, fiqih, ushuluddin, tasawuf, dan lainnya. Dalam 5 tahun, pada waktu ia baru mencapai usia 10 tahun, Ibnu Sina sudah hafal Quran, dan telah menguasai segala cabang ilmu-ilmu agama.
- Ilmu-ilmu filsafat, setelah umurnya mencapai 10 tahun dia sudah menguasai ilmu-ilmu agama, ayahnya mulai menyuruhnya belajar ilmu falsafah dengan segala cabangnya. Dia disuruh belajar kepada seorang saudagar rempah-rempah untuk mempelajari “Ilmu Hitung India”.
- Ilmu politik tidak kurang pentingnya untuk diketahui, bahwa ilmu politik telah dikenalkan kepada Ibnu Sina pada umur mudanya. Ayahnya adalah seorang terkemuka dari aliran “Ismailiyah” dari partai Syiah. Pada waktu itu pemimpin propagandis aliran tersebut yang berpusat di Mesir dibawah pimpinan Fathimiyah, sering kali berkunjung dan berunding dengan ayahnya, untuk meluaskan sayap partai itu di daerah Bukhara. Ibnu Sina selalu disuruh duduk mendengarkan segala uraian politik mereka. Saudaranya Abdul Harits mengikuti aliran ayahnya, menjadi pengikut setia dari partai Ismailiyah, tetapi Ibnu Sina tidak pernah tertarik kepada aliran itu.
- Ilmu kedokteran. Di dalam tingkat terakhir Ibnu Sina tertarik kepada ilmu kedokteran. Dipelajarinya ilmu itu sewaktu umurnya 16 tahun, dan dalam waktu satu setengah tahun selesailah ilmu itu dikuasainya.
- AR-RAZI
Ar-Razi dilahirkan di Ravy, di Propinsi Khurasan, dikatakan oleh beberapa ahli telah pandai memainkan harpa pada usia remajanya, dan oleh yang lain (dikatakan) telah menjadi seorang penukar uang (Money changer) sebelum beralih ke filsafat dan kedokteran. Ia memperoleh reputasi yang demikian baik dalam bidang yang terakhir (kedokteran), sehingga ia diangkat menjadi kepala rumah sakit di kota asalnya semasa usianya kira-kira menjelang tiga puluh tahun, dan kemudian mengambil alih kepemimpinan rumah sakit di Baghdad. Pada umumnya ia terkenal, seperti yang dikatakan sendiri oleh seorang ahli, sebagai “dokter islam yang tidak ada bandingannya”. Selain itu sedikit keterangan yang diperoleh berkenaan dengan kehidupan dan ciri-ciri pribadinya, kecuali ternyata bahwa ia pernah coba-coba secara iseng dalam kimia, pun seorang yang pemurah hati, dermawan dan ulet. Ia meninggal kira-kira pada tahun 925.
Sejumlah kecil dari karya-karya ar-Razi yang sampai kepada kita diantaranya adalah:
- sekumpulan risalah logika berkenaan dengan kategori-kategori, demonstrasi, Isagoge, dengan logika, seperti yang dikatakan dalam ungkapan kalam Islam.
- Sekumpulan risalah tentang metafisika pada umumnya.
- Materi mutlak dan partikular.
- Plenum dan vacum, ruang dan waktu.
- Fisika.
- Bahwa dunia mempunyai pencipta yang bijaksana.
- Tentang keabadian dan ketidakabadian Tuhan.
- Sanggahan terhadap Proclus.
- Opini fisika “Plutarch” (Placita Philosophorum).
- Sebuah komentar tentang Timaeus.
- Sebuah komentar terhadap komentar Plutarch tentang Timaeus.
- Sebuah risalah yang menunjukkan bahwa benda-benda bergerak dengan sendirinya dan pada dasarnya gerakan itu adalah milik mereka.
- Obat pencahar rohani (Spiritual Physic).
- Jalan filosofis.
- Tentang jiwa.
- Tentang perkataan imam yang tidak bisa salah.
- Sebuah sanggahan terhadap kaum Mutazilah
- Metafisika menurut Plato.
- Metafisika menurut ajaran Sokrates.
- AL-GHAZALI
Abu Hamid Muhammad al-Ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh suatu kota kecil yang terletak di dekat Thus di Khurasan (Iran). Ia bergelar Hujjatul Islam. Sebutan al-Ghazali diambil dari kata-kata Ghazalah yakni kampung kelahiran al-Ghazali. Sebutan tersebut kadang-kadang diucapkan dengan al-Ghazzali (dua Z) istilah ini berakar kata Ghazal artinya tukang pemintal benang sebab pekerjaan ayah al-Ghazali adalah memintal benang wol.
Sikap al-Ghazali terhadap filosof dapat dipahami melalui bukunya Tahafut al-Falasifa dan al-Munqidz min da-Dlalal, al-Ghazali menentang filosof-filosof Islam. Bahkan mengkafirkan mereka dalam hal:
- Pengingkaran kebangkitan Jasmani
- Membataskan ilmu Tuhan kepada hal-hal yang besar saja
- Kepercayaan tentang qadimnya alam dan keazaliannya.
Selain itu al-Ghazali juga telah berpolemik terhadap filsafat pada umumnya yang tertuang pada di dalam bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah. Di dalam buku ini secara umum al-Ghazali menyerang pendapat-pendapat filsafat Yunani dan filsafat Ibnu Sina yang meliputi dua puluh masalah diantaranya:
- Al-Ghazali menyerang dalil-dalil filsafat (Aristoteles) tentang azalinya alam dan dunia. Di sini al-Ghozali berpendapat bahwa alam (dunia) berasal dari tidak ada menjadi ada sebab diciptakan oleh Tuhan.
- Al-Ghazali menyerang pendapat kaum filsafat (Aristoteles) tentang pastinya keabadian alam. Ia berpendapat bahwa soal keabadian alam itu terserah kepada Tuhan semata-mata. Mungkin saja alam itu terus-menerus tanpa akhir andaikata Tuhan menghendakinya. Akan tetapi bukanlah suatu kepastian harus adanya keabadian alam disebabkan oleh dirinya-sendiri diluar firasat Tuhan.
- Al-Ghazali menyerang pendapat kaum filsafat bahwa Tuhan hanya mengetahui soal-soal yang besar saja, tetapi tidak mengetahui soal-soal yang kecil (juziyat).
- Al-Ghazali juga menentang pendapat filsafat bahwa segala sesuatu terjadi dengan kepastian hukum sebab dan akibat semata-mata, dan mustahil ada penyelewengan dari hukum itu. Bagi al-Ghazali segala peristiwa yang serupa dengan hukum sebab dan akibat itu hanyalah kebiasaan (adat) semata-mata, dan bukan hukum kepastian. Dalam hal ini jelas al-Ghazali menyokong pendapat ijraul-‘adat dari al-Asy’ari.
Pada zamannya, beliau dianggap telah berhasil membela kemurnian agama Islam dari dua karangan yang maha hebat pada waktu itu, yaitu:
- Serangan dari dunia filsafat yang telah menjadikan ilmu tentang ke-Tuhanan berupa pengetahuan yang semata-mata, sehingga memberikan gambaran tentang Tuhan yang membingungkan.\
- Serangan dari dunia tasawuf (mistik) dan kebatinan yang keterlaluan dan membahayakan amal syariat Islam; terhadap ini beliau berikan tuntutan yang sesuai dengan syariat Islam. Di dalam tasawuf al-Ghazali tampak jelas sekali faktor pemikiran disamping di samping faktor perasaan; sesuai dengan tuntutan ayat-ayat al-quran tentang pentingnya faktor akal.
- IBNU BAJJAH
Ibnu Bajjah dilahirkan di Saragosta pada abad ke-11 M. Tahun kelahirannya yang pasti tidak diketahui, demikian pula masa kecil dan masa mudanya. Sejauh yang dapat dicatat oleh sejarah, ia hidup di Serville, Granada, dan Fas. Ia menulis beberapa risalah tentang logika di kota Serville pada tahun 1128 M, dan meninggal dunia di Fas pada tahun 1138 M ketika usianya belum tua. Menurut satu riwayat ia meninggal karena diracun oleh seorang dokter yang iri terhadap kecerdasan, ilmu, dan ketenarannya.
Ibnu Bajjah juga banyak juga banyak mengarang buku, antara lain:
- Beberapa risalah dalam ilmu logika dan sampai sekarang masih tersimpan di perpustakaan Escurial (Spanyol);
- Risalah tentang jiwa;
- Risalah al-Ittisal; mengenai pertemuan manusia dan akal-akal;
- Risalah al-Wada’; berisi uraian tentang penggerak pertama bagi manusia dan tujuan sebenarnya bagi wujud manusia dan alam;
- Beberapa risalah tentang falak dan ketabiban;
- Risalah Tadbir al-Mutawahhid;
- Beberapa ulasan terhadap buku-buku filsafat, antara lain dari AAristoteles, al-Farabi, Porphyrus, dan sebagainya.
7. IBNU TUFFAIL
Ibnu Tuffail terkenal dengan filosof muslim yang gemar menuangkan pemikiran kefilsafatannya melalui kisah-kisah yang ajaib dan penuh dengan kebenaran. Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di Wadi Asy dekat Grenada, pada tahun 506 H/1110 M. Kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusastraan, matematika dan filsafat.
Buku Hay bin Yaqdhan sebagai salah satu karya Ibnu Tuffail mendapat perhatian banyak kaum intelektual baik di Barat maupun di dalam kalangan umat Islam sendiri. Pada prinsipnya Ibnu Tuffail melalui karangannya Hay bi Yaqdhan ingin mengemukakan kebenaran-kebenaran antara lain:
- Urutan-urutan tangga makrifat (pengetahuan) yang ditempuh oleh akal, dimulai dari objek-objek indrawi yang khusus sampai kepada pikiran-pikiran universal.
- Tanpa pengajaran dan petunjuk, akal manusia bisa mengetahui wujud Tuhan, yaitu dengan melalui tanda-tandanya pada makhluk-Nya, dan menegakkan dalil-dalil atas wujud-Nya itu.
- Akal manusia ini kadang-kadang mengalami ketumpulan dan ketidakmampuan dalam mengemukakan dalil-dalil pikiran, yaitu ketika hendak menggambarkan ke-azalian mutlak, ketidakakhiran, zaman, qadim, huduts (baru) dan lain-lain yang sejenis dengan itu.
- Baik akal menguatkan qadimnya alam atau kebaruannya, namun kelanjutan dari kepercayaan tersebut adalah satu juga , yaitu adanya Tuhan.
- Manusia dengan akalnya sanggup mengetahui dasar-dasar keutamaan dan dasar-dasar akhlak yang bersifat amali dan kemasyarakatan serta berhiaskan diri dengan keutamaan dasar akhlak tersebut, disamping menundukkan keinginan-keinginan badan kepada hukum pikiran, tanpa melalaikan hak badan, atau meninggalkannya sama sekali.
- Apa yang diperintahkan oleh syariat Islam dan apa yang diketahui oleh akal yang sehat dengan sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan, dan keindahan dapat bertemu kedua-duanya dalam satu titik, tanpa diperselisihkan lagi.
- IBNU MASKAWAIH
Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Khozim Ahmad Ibn Muhammad bin Ya’kub bin Miskawaih. Nama itu diambil dari nama kakeknya yang semula beragama Majusi (Persi) kemudian masuk Islam. Maskawaih dilahirkan di Ray (sekarang Teheran), mengenai tahun kelahirannya ada perbedaan pendapat dari para penulis. Ada yang menyebutkan tahun 320 H/932 M (yaitu Margoliouth), ada lagi yang menyebutkan tahun 325 H (seperti Abdul Aziz Izzat). Sedangkan wafatnya pada tanggal 9 Shafar 421 H yang bertepatan dengan tanggal 16 Pebruari 1032 M.
Di dalam bukunya “Tahdzib al-Akhlaq Kwa Tath-hir al-Araq” Miakawaih menguraikan bahwa jika manusia mempunyai tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat sebagai berikut:
- An-Nafs al-Bahimiyyah (nafsu kebinatangan) yang buruk.
- An-Nafs as-Sabu’iyah (nafsu binatang buas) yang sedang.
- An-Nafs an-Nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik.
Maskawaih juga menetapkan prinsip adanya kebenaran Nubuat (Kenabian) dan adanya kebenaran turunnya wahyu, hanya saja untuk mencapai tingkatan ini ada dua jalan:
- Perenungan tentang hakikat segala sesuatu yang wujud sehingga mempertajam pandangan, sehingga akhirnya dapat mengenal soal-soal Ketuhanan. Tingkat ini dapat didapat oleh para filosof.
- Manusia mungkin sekali tanpa perenungan akal pikiran tetapi dapat karunia limpahan langsung dari Tuhan berupa kebenaran (wahyu) tanpa melalui latihan akal pikiran. Tingkatan ini hanya dapat dicapai oleh orang-orang terpilih, yaitu para nabi.
- IBNU RUSYD
Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam yang cukup masyhur. Ia adalah Abdul Walid Muhammad bin Ahmad Ibn Rsyd, kelahiran Cordova pada tahun 520 H. Ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim, dan neneknya yang terkenal dengan sebutan al-Jadd adalah kepala hakim di Cordova.
Di dunia Islam filsafat Ibnu Rusyd tidak berpengaruh besar. Oleh sebab itu namanya tidak seharum nama al-Ghazali. Malah, karena isi filsafatnya yang dianggap sangat bertentangan dengan pelajaran agama Islam yang umum, Ibnu Rusyd dianggap orang Zindik. Karena pendapatnya itu juga dia pernah dibuang oleh Khalifah Abu Yusuf (pengganti Abu Ya’kub), diasingkan ke Lucena (Alisana).
Buku-buku Ibnu Rusyd yang cukup penting dan sampai pada kita antara lain:
- Bidayatul Mujtahid, ilmu fiqh. Buku ini bernilai tinggi, karena berisi perbandingan madzhabi (aliran-aliran) dalam fiqh dengan menyebutkan alasan masing-masing.
- Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati was Syariat min al-Ittishal (ilmu kalam). Buku ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya persesuaian antara filsafat dan syariat, dan juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh Muler, pada tahun 1895.
- Manahij al-Adillah fi Aqaidi ahl al-Millah (ilmu kalam). Buku ini menguraikan tentang pendirian aliran-aliran ilmu kalam dan kelemahan-kelemahannya, dan sudah pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman pada tahun 1895 M oleh Muler, pada tahun 1895.
- Tahafutut Tafahut, suatu buku yang terkenal dalam lapangan filsafat dan ilmu kalam, dan dimaksudkan untuk membela filsafat dari serangan al-Ghazali dalam bukunya Tahafut al-Falasifah. Buku ini sudah pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman juga, serta ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1952 oleh Van Den Berg.
- MOHAMMAD IQBAL
Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 9 Nopember 1877 yang bertepatan dengan 3 Dzul Qa’dah 1294 H. Iqbal sudah banyak mengenal beberapa penyair dalam bahasa Urdu dan Paris. Ia dikenal sebagai seorang muslim terpelajar yang rindu melihat kebesaran Islam seperti pada zaman lampau, rindu kepada gemilangnya kejayaan Islam, yang menghendaki bekerja dan bukti, bukan lamunan yang menyuruh menengadah saja tanpa amal, tetapi bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mengangkat derajat bangsa dan memperjuangkannya menuju kemenangan.
Semua itu tampak dalam syairnya yang telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, dimanapun beliau menanamkan semangat baru dalam membangun mental umat Islam, dari lemah menjadi kuat. Beberapa karyanya antara lain:
- Payan-i Masriq (Pesan Timur), satu kumpulan sajak yang tebal sebagai jawaban kepada “Werterliche Diwan” oleh Goethe, pujangga Jerman yang termasyhur. Buku ini diterbitkan dalam bahasa Parsi pada tahun 1923.
- Javid Namah, suatu karya Iqbal yang dianggap baik (masterpiece) dan dibandingkan oleh para kritikus dengan mutu karangan Dante: Divina Comedia, juga diterbitkan dalam bahasa Parsi pada tahun 1932.
- Asrar-i Khudi, salah satu karya beliau yang juga berbahasa Parsi yang terbit pada tahun 1915 yang berisi kehidupan individu manusia sebagai seorang muslim.
- Rumuz-i Bekhudi, juga dalam bahasa Parsi dan terbit pada tahun 1918 yang berisi ajaran kehidupan masyarakat Islam.
- The Reconstructions of Religious of Islam, dalam bahasa Inggris, yang diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 1934 dan merupakan kumpulan ceramah beliau pada tahun 1928 di Madras, Hayderabad dan Aligaarh dimana filsafat Iqbal disampaikannya dalam bentuk sebuah tesis. Buku ini menarik perhatian dunia dan menampakkan betapa pesat dalam telaah dan pengetahuan beliau mengenai al-Qur’an. Uraian-uraiannya di dalam ceramah merupakan uraian yang mendalam untuk menjelaskan kembali ilmu agama Islam dengan cara modern.
- AKTUALITAS PEMIKIRAN KEFILSAFATAN DALAM ISLAM
- AL-QUR’AN, MU’JIZAT DAN KENABIAN
Pertama, bahwa al-Qur’an itu berbentuk lafaz yang mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah melalui Jibril kepada nabi Muhammad dalam bentuk makna dan dilafadzkan oleh nabi dengan ibaratnya sendiri tidaklah disebut al-Qur’an.
Kedua, bahwa al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab, yang mengandung arti bahwa al-Qur’an yang dialihbahasakan ke dalam bahasa lain atau yang diibaratkan dengan terjemahan selain bahasa Arab tidaklah sah.
Ketiga, bahwa al-Qur’an itu diturunkan kepada nabi Muhammad yang berarti bahwa wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu tidaklah disebut al-Qur’an tentang kehidupan dan syariat yang berlaku bagi umat manusia.
Keempat, bahwa al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir, mengandung arti bahwa ayat-ayat yang tidak mutawatir tidak disebut sebagai al-Qur’an.
- ETIKA DAN KETATANEGARAAN
Di dalam pembahasan kefilsafatan pemakaian istilah etika disejajarkan dengan istilah akhlak. Dalam pemikiran akhlaknya Ibnu Bajjah membagi perbuatan-perbuatan manusia ke dalam dua jenis, yaitu:
- Perbuatan yang timbul dari motivasi naluri dan hal-hal lain yang berhubungan dengan-Nya, baik dekat ataupun jauh.
- Perbuatan yang timbul dari pemikiran yang lurus dan kemauan yang bersih dan tinggi, dan bagian ini disebut “perbuatan-perbuatan manusia”.
- KOMENTAR REVIEWER TERHADAP BUKU INI
Filsafat merupakan salah satu jalan yang sangat menjanjikan bagi kita untuk mengetahui sosok Tuhan tidak hanya sekadar “Tuhan” bagi seorang awam. Filsafat dapat menjelaskan hal-hal yang pada hakikatnya bukan derajat manusia untuk mencapainya.
Filsafat Islam adalah filsafat yang telah memasuki ranah pemikiran muslim. Filsafat Islam digunakan untuk memberikan kepuasan kepada para pencari Allah dan yang menginginkan sosok Tuhan yang dapat dipikirkan dengan akal manusia yang terbatas. Filsafat dalam Islam didasarkan atas al-Qur’n dan as-Sunnah, sebagian kalangan melarang pemfilsafatan agama Islam. Sedangkan yang lain membolehkannya.
Buku ini telah menjelaskan secara rinci mulai dari pemikiran aliran-aliran dalam Ilmu Kalam, tokoh-tokoh filosof Islam, hingga aktualitas filsafat Islam. Buku ini sangat membantu sebagai referensi tentang tokoh-tokoh muslim.
Setiap buku selalu memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada hal yang cukup mengganjal pikiran saya, yaitu kesalahan-kesalahan dalam pengetikan. Nampaknya kesalahan dalam pengetikan dianggap remeh oleh sebagian orang. Namun menurut saya itu adalah satu hal yang sangat penting, terutama bagi mereka yang awam. Contohnya yaitu kesalahan pengetikan “Danmatul Jandal”, yang seharusnya “Daumatul Jandal”. Atau “Usahul Fiqhi” yang seharusnya “Ushul Fiqhi”. Kesalahan-kesalahan yang terlihat remeh tersebut dapat menimbulkan perbedaan makna.
Kemungkinan besar bukan hanya penulis saja yang memiliki kesalahan. Pe-review pun tetap mungkin memiliki kesalahan yang sama. Untuk itu Pe-review membuka pintu kritik dan saran selebar-lebarnya untuk membangun pendapat yang konstruktif bagi Pe-review. Akhir kata terima kasih telah membaca review ini, dan Wassalam.