Problematika Dakwah Dalam Masyarakat Modern




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam situasi masyarakat masa kini yang mengikuti alur perkembangan dalam era globalisasi, dakwah perlu digerakkan sebagai membimbing manusia ke jalan yang benar.[1]Oleh karena itu, setiap individu Muslim perlu berganding bahu untuk sama-sama melaksanakan usaha dakwah, menyampaikan ajaran Islam serta memberikan kesadaran mengenai ketinggian Islam bagi mewujudkan masyarakat muslim yang terbaik. Dakwah merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah perkembangan islam. Ajaran-ajaran Islam yang dianut oleh manusia di berbagai belahan dunia merupakan bukti paling kongkrit dari aktivitas dakwah yang dilakukan selama ini. Signifikansi dakwah ini akan terus berlangsung sampai akhir zaman, sebab dakwah merupakan usaha sosialisasi dan internalisasi ajaran-ajaran islam ke dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Dakwah selalu hadir memberikan solusi-alternatif terhadap berbagai problem keummatan.
Mengingat dakwah merupakan manifestasi dari kesadaran spiritual dalam bentuk ihtiar muslim untuk mewujudnyatakan ajaran-ajaran Islam, maka diperlukan pemahaman yang tuntas dan komprehensif mengenai dakwah itu sendiri.pemahaman tentang hakikat dakwah sangat diperlukan sebab merupakan landasan filosofis dan normatif untuk menggerakkan dakwah seiring dengan tingkat dinamika sosial kemasyarakatan terutama dakwah dalam masyarakat modern.
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Kebiasaan dari masyarakat modern adalah mencari hal-hal mudah, sehingga penggabungan nilai-nilai lama dengan kebudayaan birokrasi modern diarahkan untuk kenikmatan pribadi. Sehingga, muncullah praktek-peraktek kotor seperti nepotisme, korupsi, yang menyebabkan penampilan mutu yang amat rendah. Sehingga hal ini lah yang menjadi pekerjaan rumah bagi para pendakwah di zaman modern sekarang ini.
Oleh karena itu, penulis memberikan judul makalah iniProblematika Dakwah dalam Masyarakat Modern”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa  masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian problematika dakwah dalam masyarakat modern ?
2.      Bagaimana bentuk-bentuk problematika dakwah dalam masyarakat modern ?
3.      Bagaimana solusi problematika dakwah dalam masyarakat modern?
C.    Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah yaitu
1.      Untuk mengetahui pengertian problematika dakwah dalam masyarakat modern.
2.      Untuk mengetahui bagaimana  bentuk-bentuk problematika dakwah dalam masyarakat modern
3.      Untuk mengetahui solusi problematika dakwah dalam masyarakat modern.
D.    Manfaat
Manfaat makalah ini antara lain:
1.         Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menambah wacana keilmuan di bidang ilmu dakwah,
2.         Manfaat Praktis
a.       Menumbuhkan pemahaman kepada umat muslim bahwa seiring dengan kemajuan zaman maka seorang da’i akan menemui problematika dakwah, salah satunya adalah problematika dakwah ketika mad’unya adalah masyarakat modern yang mayoritas cara berfikir dan cara menerima materi dakwah disesuaikan dengan perkembangan zaman.
b.      Isi makalahini dapat dimanfaatkan oleh praktisi dakwah bentuk-bentuk problematika dakwah dalam masyarakat modern beserta solusinya.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Problematika Dakwah dalam Masyarakat Modern
1.      Pengertian Problematika Dakwah
Problematika berasal dari kata problem yang artinya soal, masalah, perkara sulit, persoalan. Problematika sendiri secara leksikal mempunyai arti: berbagai problem.[2]
Sedangkan dakwah secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu bentuk masdar dari da’a yad’u  yang berarti menyeru atau mengajak.[3]Sedangkan secara terminologi, da’i didefinisikan para ahli sebagai berikut :[4]
a.       Aly Mahfudz mengartikan bahwa dakwah adalah memotivasi manusia untuk berbuat kebaikan dan petunjuk, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar untuk memperoleh kebahagiaan dunia akhirat.
b.      Menurut Aly Shalih Al-Mursyid, dakwah merupakan suatu cara untuk menegakkan kebenaran yang hakiki, kebaikan dan hidayah serta melenyapkan kebathilan dengan berbagai pendekatan, metode, dan media.
Sedangkan pengertian problematika dakwah menurut istilah adalah permasalahan yang muncul dalam menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang ditangani oleh para pengembang dakwah.[5]Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah dan mengentaskan segala permasalahan yang timbul di masyarakat indonesia.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa problematika dakwah adalah permasalahan yang muncul dalam proses dakwah yakni ketika da’i menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu para mad’u.
2.      Pengertian Masyarakat Modern
Secara etimologi, Istilah “masyarakat” merupakan terjemahan dari kata society (Inggris). Sedangkan istilah society berasal dan societas (Latin) yang berarti “kawan”.
Sedangkan secara terminologi, banyak para ahli yang mendefinisikan masyarakat, antara lain :[6]
a.       Menurut An-Nabhani bahwa masyarakat adalah sekelompok individu seperti manusia yang memiliki pemikiran perasaan, serta sistem/aturan yang sama, dan terjadi interaksi antara sesama karena kesamaan tersebut untuk kebaikan masyarakat itu sendiri dan warga masyarakat.
b.      Selo Soemardjanmemberikan pengertian masyarakat sebagai orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
c.       Menurut Max Weber masyarakat adalah sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
d.      Menurut Bapak Komunis, Karl Marx,memberikan definisi masyarakatsebagai suatu struktur yang menderita ketegangan organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.
e.       Menurut Ahli Sosiologi dan bapak sosiologi modern, Emile Durkheim, mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu kenyataan objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
f.       Menurut Max Weber masyarakat adalah sebagai suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
Sedangkan kata modern mempunyai arti terbaru, mutakhir, atau sikap dan cara berfikir serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman.[7]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Pada umumnya masyarakat modern tinggal di daerah perkotaan, sehingga disebut masyarakat kota. Namun tidak semua masyarakat kota tidak dapat disebut masyarakat modern,sebab orang kota tidak memiliki orientasi ke masa kini, misalnya gelandangan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa problematika dakwah dalam masyarakat modern adalah permasalahan yang muncul dalam menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang ditangani oleh para pengembang dakwah terhadap masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam perkembangan zaman masa kini.
B.     Bentuk-Bentuk Problematika Dakwah dalam Masyarakat Modern
Dahwah padaera kontemporer ini dihadapkan pada berbagai problematika yang kompleks. Hal ini tidak terlepas dari adanya perkembangan masyarakat yang semakin maju. Pada masyarakat agraris kehidupan manusia penuh dengan kesahajaan tentunya memiliki problematika hidup yang berbeda dengan masyarakat modernyang cenderung matrealistik dan indifidualistik. Begitu juga tantangan problematika dakwah akan dihadapkan pada berbagai persoalan yang sesuai dengan tuntutan pada era sekarang.
Ada tiga problematika besar yang dihadapi dakwah dalam masyarakat modern di era kontemporer ini, antara lain :[8]
1.      Pemahaman masyarakat pada umumnya terhadap dakwah lebih diartikan sebagai aktifitas yang bersifat oral communication (tablig) sehingga aktifitas dakwah lebih beriontasi pada kegiatan-kegiatan caramah.
2.      Problematika yang bersifat epistemologis. Dakwah pada era sekarang bukan hanya bersifat rutinitas, temporal dan instan, melainkan dakwah membutuhkan paradigma keilmuan. Dengan adanya keilmuan dakwah tentunya hal-hal yang terkait dengan langkah srategis dan teknis dapat dicari rujukannya melalui teori-teori dakwah.
3.      Problem yang menyangkut sumber daya manusia.
Selain tiga di atas juga ada problematika dakwah dalam masyarakat modern dilihat dari :
1.    Permasalahan Petugas dakwah (Da’i dan Lembaga Dakwah)
Permasalahan diseputar petugas dakwah ini sangat banyak antara lain adalah : Pertama, terjadinya penyempitan arti dan fungsi dakwah menjadi hanya sekedar menyampaikan dan menyerukan dari atas mimbar, padahal dakwah sangat luas cakupannya  yaitu mengajak manusia kepada kebajikan dan petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari kemungkaran, agar mereka memperoleh kesejahteraan / kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kedua, umumnya para da’i tidak profesional, bahkan banyak di antara mereka yang menjadikan dakwah sebagai kerja sampingan setelah gagal meraih yang diinginkan, akibatnya dakwah hanya dilakukan sekedar berpidato semata. Padahal Pendakwah adalah pemimpin masyarakat yang dapat memperbaiki kehidupan yang rusak. Ketiga, banyak di antara da’i yang tidak dapat memahami dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, padahal Iptek adalah sesuatu yang bersifat netral yang dapat dipergunakan untuk kebaikan dan kejahatan. Keempat, longgarnya ikatan bathin antara si da’i dengan masyarakat, hubungan itu hanya sebatas ceramah, selesai ceramah dibayar dan habis perkara. Kelima, kegiatan lebih banyak bersifat dakwah bil lisan, sedangkan dakwah bil hal jarang dilakukan.
2.    Permasalahan Materi Dakwah
Materi dakwah yang disampaikan pada umumnya adalah bersifat pengulangan atau klise sehingga menimbulkan kejenuhan bagi masyarakat. Dan jarang sekali menyinggung kemajuan Iptek dalam rangka menunjang peningkatan Imtaq.
3.    Permasalahan pendekatan dan metode dakwah
Dalam melakukan pendekatan dan metode dakwah banyak di antaranya yang kurang/tidak tepat sasaran sesuai dengan situasi dan kondisinya. Padahal Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar berbicara (memberikan dakwah) kepada manusia sesuai dengan tingkah laku atau pola pikirannya masing-masing.
4.    Permasalahan Media, Sarana dan Dana Dakwah
Jarang sekali di antara da’i dan Lembaga Dakwah yang memanfaatkan media canggih sebagai sarana untuk berdakwah seperti OHP, TV, VCD, Film, Internet dan lain sebagainya, padahal sarana ini sangat ampuh dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Selain itu lembaga dakwah dan bahkan da’i sangat minim / kurang dalam hal pendanaan.
5.    Permasalahan Manajemen dan Sistem Dakwah
Kelemahan utama dalam bidang manajemen adalah kurang mampunya pengelola lembaga dakwah dalam menerapkan manajemen modern  dalam pengelolaan lembaga dakwah. Pada umumnya mereka menerapkan manajemen tradisional dalam pengelolaan lembaga dakwah. Selain itu manajemen lembaga dakwah banyak yang bersifat tertutup, tidak melaksanakan open manajemen sehingga program-programnya tidak diketahui oleh masyarakat.


      C.    Solusi Problematika dakwah dalam Masyarakat Modern
Dakwah merupakan suatu masalah yang kongkrit, yang rill, tidak hanya sebagai perintah Tuhan saja. Sampai sekarang para ahli dakwah kita pada umumnya menitikberatkan perhatian terhadap dakwah sebagai perintah Allah, tapi kurang melihatnya sebagai masalah yang konkrit dan rill. Yang meminta pemecahan operasinal lebih lanjut.[9]
Dakwah artinya seruan, ajakan, panggilan, atau mendakwah berarti usaha meyeru, menyampaikan/Dakwah Islamiah, maksudnya usaha menyampaikan prinsip-prinsip ajaran Islam, pembinaan dan pengembangannya ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu dakwah akan mempunyai suatu tugas pembentukan individu, pembinaan umat, pembangunan masyarakat dan mencerdaskannya. Dakwah mengandung lingkup yang sangat luas ruang lingkupnya seluas kehidupan manusia itu sendiri. Dakwah tidak terbatas kepada tabligh tapi dapat pula berbentuk tindakan dan perbuatan nyata. Dakwah dimanivestasikan dalam kehidupan sehari-hari seperti dikantor, bergaul dengan tetangga, di pasar, bergaul dengan sesama. Dengan demikian opini publik tentang Islam menjadi baik, timbul rasa senang dan simpati yang pada akhirnya ingin mengelompokkan diri ke dalam kelompok muslim yang taat.
Agar dakwah dalam konteks kekinian dan kedisinian kita dapat berdaya guna dan berhasil guna maka diperlukan para juru dakwah yang professional dengan kemampuan ilmiah, wawasan luas yang bersifat generalis, memiliki kemampuan penguasaan, kecakapan, kekhususan yang tinggi. Orang yang seperti ini adalah orang yang percaya diri, berdisiplin tinggi, tegar dalam berpendirian dan memilik integritas moral keprofesionalan yang tinggi. Mampu bekerja secara perorangan dan secara tim dengan sikap solidaritas atas komitmen dan konsisten yang teruji kokoh. Untuk menjadi tenaga dakwah yang professional, menurut Prof. Dr. H. Djudju Sudjana (1999), seorang da’i harus memiliki tiga kompetensi, yaitu kompetensi akademik, kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial.
Mendakwahkan Islam berarti memberikan jawaban Islam terhadap berbagai permasalahan umat. Karenanya dakwah Islam selalu terpanggil untuk menyelasaikan berbagai permasalahan yang sedang dan akan dihadapi oleh umat manusia. Meskipun misi dakwah dari dulu sampai sekarang tetap sama yaitu mengajak umat manusia kedalam sistem Islam, namun tantangan dakwah berupa problematika umat senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Untuk mengatasi berbagai persoalan diatas, tidak cukup hanya dengan melakukan program dakwah yang konvensional, sporadis, proaktif, dan reaktif, tetapi harus bersifat profesional, strategis, dan pro-aktif. 
Menghadapi mad’u (sasaran dakwah) yang semakin kritis dan tantangan dunia global yang semakin kompleks dewasa ini, maka diperlukan dapat bersaing di bursa informasi yang semakin kompetitif. Ada beberapa rancangan kerja dakwah yang dapat dilakukan untuk menjawab problematika umat dewasa ini:[10] 
1.      Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.
2.      Menyiapkan profil strategis muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
3.      Membuat peta sosial umat sebagai sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah.
4.      Mengintegrasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbabagi perencanaan dakwah baik secara internal umat maupun secara eksternal.
5.      Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih profesional dan berorientasi pada kemajuan iptek. http://nalar-langit.blogspot.co.id/2016/01/bertobat-dalam-dosa-besar-hadits-nabi.html
6.      Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi, kesehatan, dan kebudayaan umat Islam.
Sukses tidaknya suatu kegiatan dakwah bukanlah diukur melalui gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengan ratap tangis mereka. Kesuksesan dakwah dapat dilihat pada bekas yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun tercermin dalam tingkah laku mereka. Untuk mencapai hasil yang maksimal, tidak dapat lain dakwah Islam harus dilaksanakan secara efektif. Efektifitas dapat diartikan sampai dimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan utama yang telah ditetapkan. Dalam kaitannya dengan proses dakwah, maka efektifitas dakwah dapat diukur melalui tingkat keberhasilan dakwah dalam mencapai tingkta out put  sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu terbentuknya kondisi yang Islami.


BAB III
ANALISIS
Dakwah merupakan tugas suci umat Islam yang identik dengan tugas Rasul, bertujuan mewujudkan tatanan masyarakat Islami yang diridhai oleh Allah, yakni sebuah tatanan msyarakat yang berjalur Iman, Islam dan Ikhsan.
Apabila telah dicermati secara mendalam tentang tujuan dakwah, maka akan mudah bagi umat Islam untuk mengerti betapa pentingnya posisi dakwah dikalangan umat Islam pada khususnya dan umat manusia pada umumnya termasuk dalam era kehidupan modern. Gunanya mencapai tujuan kehidupan yang bermakna agar gerak hidup manusia sesuai dengan nilai “ fitrah kejadian “ sebagai idenditas kemanusiaan.
                       Dakwah akan berhadapan dengan dimensi masyarakat, yang dari waktu ke waktuberkembang dan memiliki karakternya masing-masing. Dakwah yang efektif tentu harus cerdas dalam memainkan peran dan fungsinya agar fungsi rahmatan lil `alamin yang dipikulnya dapat bekerja optimal. Dengan kata lain, modal Dakwah pada setiap zaman tentu akan berbeda, karena mesti dibawakan, dikomunikasikan, disesuaikan dengan karakter zamannya. Pesan Rasulullah SAW sangat jelas, "khotibunnasi ‘ala qodri `uqulihim‘; "khotibunnas ‘ala lughotihim" Dakwah harus mampu berkomunikasi secara efektif, disesuaikan dengan kondisi dan karakter masyarakat yang menjadi obyek Dakwahnya.
            Sukses tidaknya suatu kegiatan dakwah bukanlah diukur melalui gelak tawa atau tepuk riuh pendengarnya, bukan pula dengn ratap tangis mereka. Kesuksesan dakwah dapat dilihat pada bekas yang ditinggalkan dalam benak pendengarnya ataupun tercermin dalam tingkah laku mereka. Untuk mencapai hasil yang maksimal, tidak dapat lain dakwah Islam harus dilaksanakan secara efektif. Efektifitas dapat diartikan sampai dimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan-tujuan utama yang telah ditetapkan.Dalam kaitannya dengan proses dakwah, maka efektifitas dakwah dapat diukur melalui tingkat keberhasilan dakwah dalam mencapai tingkta out put  sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, yaitu terbentuknya kondisi yang Islami.
Dengan demikian ada beberapa pilar utama penggerak kemajuan dakwah dalam menghadapi masyarakat modern yakni mulai dari pembenahan sistem metodelogi, serta tekhnik pendekatan yang bijaksana sesuai dengan tingkat kemajuan zaman dan peradaban masyarakat modern serta muhasabah diri dari penggerak dakwah. http://nalar-langit.blogspot.co.id/2016/01/bertobat-dalam-dosa-besar-hadits-nabi.html
Disamping itu dalam menghadapi era modern para juru dakwah harus mampu memamfaatkan semua saran penunjang dakwah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tehknologi akan sangat menguntungkan dakwah bila mampu dumamfaatkan secara bijak oleh para pelaksana dakwah, artinya pergerakan dakwah direncanakan dengan secara matang, dikoordinir secara rapi serta diawasi secara serius dengan memelihara seluruh media yang ada dalam masyarakat.
Akhirnya sebagi umat yang hidup di zaman modern diharapakan umat Islam dengan dakwahnya harus mampu bersanding dan bersaing dengan umat lain yang telah maju, dengan cara mengusai ilmu pengetahuan dan tehknologi disamping memiliki iman dan taqwa yang mantap.
           
BAB IV
PENGAKHIRAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan :
1.      Problematika dakwah dalam masyarakat modern adalah permasalahan yang muncul dalam menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang ditangani oleh para pengembang dakwah terhadap masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam perkembangan zaman masa kini.
2.      Bentuk-bentuk problematika dakwah dalam masyarakat modern antara lain :
a.      Permasalahan Petugas dakwah (Da’i dan Lembaga Dakwah)
Pertama, Terjadinya penyempitan arti dan fungsi dakwah menjadi hanya sekedar menyampaikan dan menyerukan dari atas mimbar, padahal dakwah sangat luas cakupannya  yaitu mengajak manusia kepada kebajikan dan petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan melarang mereka dari kemungkaran, agar mereka memperoleh kesejahteraan / kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kedua, Umumnya para da’i tidak profesional, bahkan banyak di antara mereka yang menjadikan dakwah sebagai kerja sampingan setelah gagal meraih yang diinginkan, akibatnya dakwah hanya dilakukan sekedar berpidato semata. Padahal Pendakwah adalah pemimpin masyarakat yang dapat memperbaiki kehidupan yang rusak. Ketiga, Banyak di antara da’i yang tidak dapat memahami dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, padahal Iptek adalah sesuatu yang bersifat netral yang dapat dipergunakan untuk kebaikan dan kejahatan. Keempat, Longgarnya ikatan bathin antara si da’i dengan masyarakat, hubungan itu hanya sebatas ceramah, selesai ceramah dibayar dan habis perkara. Kelima, Kegiatan lebih banyak bersifat dakwah bil lisan, sedangkan dakwah bil hal jarang dilakukan.
http://nalar-langit.blogspot.co.id/2016/01/bertobat-dalam-dosa-besar-hadits-nabi.html
b.      Permasalahan Materi Dakwah
Materi dakwah yang disampaikan pada umumnya adalah bersifat pengulangan atau klise sehingga menimbulkan kejenuhan bagi masyarakat. Dan jarang sekali menyinggung kemajuan Iptek dalam rangka menunjang peningkatan Imtaq.
c.       Permasalahan pendekatan dan metode dakwah
Dalam melakukan pendekatan dan metode dakwah banyak di antaranya yang kurang/tidak tepat sasaran sesuai dengan situasi dan kondisinya. Padahal Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar berbicara (memberikan dakwah) kepada manusia sesuai dengan tingkah laku atau pola pikirannya masing-masing.
d.      Permasalahan Media, Sarana dan Dana Dakwah
Jarang sekali di antara da’i dan Lembaga Dakwah yang memanfaatkan media canggih sebagai sarana untuk berdakwah seperti OHP, TV, VCD, Film, Internet dan lain sebagainya, padahal sarana ini sangat ampuh dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Selain itu lembaga dakwah dan bahkan da’i sangat minim / kurang dalam hal pendanaan.
e.       Permasalahan Manajemen dan Sistem Dakwah
Kelemahan utama dalam bidang manajemen adalah kurang mampunya pengelola lembaga dakwah dalam menerapkan manajemen modern  dalam pengelolaan lembaga dakwah. Pada umumnya mereka menerapkan manajemen tradisional dalam pengelolaan lembaga dakwah. Selain itu manajemen lembaga dakwah banyak yang bersifat tertutup, tidak melaksanakan open manajemen sehingga program-programnya tidak diketahui oleh masyarakat.
3.      Solusi dakwah dalam problematika masyarakat modern
Pertama: Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat; Kedua : Menyiapkan profil strategis muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Ketiga: Membuat peta sosial umat sebagai sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah. Keempat: Mengintegrasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbabagi perencanaan dakwah baik secara internal umat maupun secara eksternal. Kelima: Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih profesional dan berorientasi pada kemajuan iptek. Keenam: Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi, kesehatan, dan kebudayaan umat Islam.
B.     Penutup
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan, semoga usaha kami yang kecil ini diridloi oleh Allah SWT. Dan bermanfat bagi nusa, bangsa dan agama.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, namun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan supaya ke depannya nanti akan menjadi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Achmad, Moch. Djamaluddin. T.t.  Dakwah Islamiyah. Jombang: Al-Muhibbin.
Anas A. 2005. Paradigma Dakwah Kontemporer. Semarang (ID): Walisongo Press IAIN Walisongo
Aripudin Acep. 2011.Pengembangan Metode Dakwah.Jakarta: Rajawali Pers.
Arnold, W. Thomas, The Preaching Of Islam, Terj. Drs. A. Nawawi Rembe (Sejarah dakwah Islam) Wijaya, Jakarta, 1997.
Partanto, Pius A., Dkk. 1994.  Kamus Ilmiah Popular. Surabaya: Arkola.
Setyoningtyas, Emilia. Kamus Trendy Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo Lestari.
INTERNET
http://www.wikipedia.com/definisi-masyarakat-para-ahli/html.
http://nalar-langit.blogspot.co.id/2016/01/bertobat-dalam-dosa-besar-hadits-nabi.html
                                                                                                   


[1]A. Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, ( Semarang (ID): Walisongo Press IAIN Walisongo, 2005), hlm. 76
1Pius A Partanto dkk, Kamus Ilmiah Popular. (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 626.
[3] Moch. Djamaluddin Achmad,  Dakwah Islamiyah, (Jombang: Al-Muhibbin, t.t.),  hlm. 17.
[4] Ibid.,  hlm. 18.
[5] Acep Aripudin , Pengembangan Metode Dakwah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 113.
[6]http://www.wikipedia.com/definisi-masyarakat-para-ahli/html.
[7] Emilia Setyoningtyas, Kamus Trendy Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo Lestari, t.t), hlm. 305.
[8]A. Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, (Semarang (ID): Walisongo Press IAIN Walisongo, 2005), hlm. 83.
[9]Thomas W. Arnold, The Preasing Of Islam, Ter. Drs. H. A. Nawawi Rumber, Sejarah Da’wah   Islam Wijaya, Jakarta Hal. 11
[10]Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, (WaliSongo Press IAIN Walisongo,Semarang, 2006), hlm. 86.
 
LihatTutupKomentar